Minggu, 28 Agustus 2011

Semua Tergantung pada Niat Awal Kita


Mungkin, ini adalah sebuah langkah awal saya membuat tulisan. Dalam tulisan yang pertama ini, saya ingin memberi beberapa gambaran apa yang  seorang “Ridwansyah iid” pikirkan ketika memasuki bangku kuliah baru setelah kuliah pertama di UI tahun 2010 itu terhenti.
Banyak orang bertanya-tanya, “kenapa sih lo pindah ke UII Jogja yang notabene nya kan itu perguruan tinggi swasta?”  dan saya pun punya banyak alasan untuk menjelaskan mengpa saya pindah ke Jogja. Lebih uniknya , saya acapkali memberi alasan yang berbeda kepada setiap orang yang bertanya. Hehe..
Alasan pertama saya pindah ke UII yang paling pokok adalah karena cita-cita saya ingin menjadi seorang dokter muslim. Mengapa saya ingin menjadi dokter? Apakah karena mengejar gengsi belaka? Padahal,mahal sekali kuliah kedokteran itu, apalagi swasta?atau ingin cepat mendapatkan pekerjaan yang enak dan cepat kaya?walaupun kita juga mengetahui sendiri bahwa ribuan dokter menganggur tidak jelas setelah lulus. Apalagi saya cuma anak dari seorang single parent yang hanya berprofesi sebagai pegawai swasta di Jakarta, rasanya kurang kerjaan dan sangat kejam sekali saya jika tujuan saya menjadi dokter hanya sekadar menggapai hal-hal tersebut.
Dari sebelum saya diterima menjadi mahasiswa kedokteran, saya selalu berpikir bagaimana saya bisa menolong pengobatan orang –orang tidak mampu yang sedang sakit, sedangkan dimana-mana kita lihat kebanyakan rumah sakit dan dokter itu menuntut rupiah yang jarang sekali dapat terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Saya selalu berandai-andai, andaikan saya menjadi dokter, mempunyai rumah sakit besar, terampil dalam menangani pasien, dan berbagai penyakitnya , alangkah senang dan tentramnya kehidupan saya bisa menolong mereka.
Oleh karena itu, disini saya sangat siap jika ditakdirkan untuk menjadi dokter “GEMBEL”. Saya siap untuk tidak bermewah-mewahan dan saya siap untuk tidak mempunyai rumah megah dan mobil mewah. Tapi dalam artian bukan saya akan menolak jika diberi amanah/titipan berupa kemewahan oleh Allah. Poinnya adalah saya siap untuk menggratiskan mereka, para orang-orang sakit yang tidak mampu membayar biaya pengobatannya dan saya tidak main-main dengan ucapan saya.
 Keluarga saya selalu menasihati, “kalo mau duitnya “kenceng” itu jadi dokter spesialis ini , spesialis itu, kerja disini,disitu, dan sebagainya”. Dan saya pun hanya bisa mengiyakan nasihat-nasihat mereka, padahal jauh di dalam benak saya selalu saya khawatirkan bahwa nantinya mungkin saya tidak seperti yang mereka harapkan – seorang dr. Ridwansyah hidup bergelimangan harta.
Saya punya alasan juga mengapa saya berpikiran kesana. Saya hanya ingin hidup saya ini benar-benar berkah. Orang kaya sudah banyak, orang pintar sudah banyak, orang sukses lebih banyak lagi, tapi hanya sedikit orang yang mempunyai kepedulian tinggi kepada sesama. Saya percaya kalau saya memikirkan dan peduli kepada banyak orang maka Allah pun pasti akan memikirkan dan peduli kepada saya. Prioritas utama saya adalah menolong sesama dan menomorduakan kehidupan mewah saya nanti. Tapi saya yakin dibalik tujuan saya ini ada sesuatu yang mungkin tidak keluarga saya pikirkan yaitu, saya ingin mengangkat derajat dan nama keluarga saya. Hal itu tidak bisa saya mungkiri karena saya sebagai anak dari keluarga broken home dan single parent  ingin bisa membuktikan bahwa saya dengan kekurangan dan tanpa dukungan seorang ayah pun bisa sukses dan meraih apa yang saya cita-citakan. Bukan berarti kekurangan yang saya miliki ini lantas menyurutkan semangat saya untuk menggapai cita-cita saya.
Lalu, alasan saya terakhir, mengapa saya pindah ke Perguruan Tinggi Swasta adalah karena saya ingin menunjukan bahwa dengan tidak kuliah di PTN pun saya bisa sukses dan mengalahkan mereka yang kuliah di PTN. Saya juga siap “bersaing” dengan mereka, sebagaimana di dalam Al-quran menyebutkan “…fastabiqul khairot…” yang artinya berlomba-lombalah dalam hal kebaikan.hehee..
Sebenarnya saya kuliah menjadi mahasiswa kedokteran pun memiliki niatan untuk melakukan sebuah penelitian, tulisan , dan karya-karya lainnya, tidak hanya melulu tentang praktik di lapangan. Dalam lingkup yang luas, Saya mempunyai misi yang cukup berat dan bisa dibilang cukup sulit diwujudkan tanpa kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak. Misi saya salah satunya adalah mengembangkan ilmu kedokteran di Indonesia sehingga Indonesia tidak hanya terkenal terdepan dalam pengobatan, akan tetapi juga terdepan dalam ilmu pengetahuan kedokteran atau kesehatan.Dan goal yang lebih spesifik, saya juga mau memberikan kontribusi untuk perguruan tinggi dimana tempat saya menggali ilmu dan tempat saya mengembangkan diri. Bahkan saya juga siap jika diminta atau merasa terpanggil untuk mengisi kekosongan sebagai tenaga pengajar.
Mengenai satu hal yang selalu saya ingat adalah SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA ADALAH MANUSIA YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN. Itu yang selalu saya camkan baik-baik dan saya rasa hanya dengan mempraktikan hal itu yang akan membuat diri saya merasa TIDAK RUGI telah mengeluarkan ratusan juta untuk menjadi seorang dokter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar