Rabu, 06 Februari 2013

Cara Belajar yang Simpel Bikin KULIAH, MAIN, dan ORGANISASI Jalan Terus!!

Bagi teman-teman yang kuliah di kedokteran pasti ngertilah ya betapa padat dan sibuknya mahasiswa kedokteran. Tidak seperti mahasiswa lainnya yang bisa santai banyak waktu kosong dan lainnya, tapi waktu luang yang dimiliki mahasiswa kedokteran itu pasti diisi untuk persiapan buat diskusi tutorial/PBL, persiapan praktikum (kalo nggak lulus inhal), minikuis tiap minggu, dan lain-lain. Lalu kapan mainnya? Kenapa masih ada orang yang bersibuk-sibuk ria di ruang costa (ruang kelembagaan FKUII)?
 
Kalau Kuliah itu penting, organisasi itu nomor dua , maka hiburan atau main itu adalah lebih penting dari kuliah dan organisasi. Main itu hukumnya wajib bagi mahasiswa FK, tapi perlu diatur frekuensi dan waktunya. Mahasiswa yang terus-terusan kuliah, belajar, pasti akan mengalami kejenuhan. Nah disinilah kepentingan hiburan, dengan hiburan dan main, otak kita dapat kembali fresh, segar, dan dingin, sehingga bisa diisi kembali dengan materi-materi kuliah. 

Hiburan di kalangan mahasiswa FK beranekaragam. Mahasiswa dari A-Z dapat ditemukan di FK UII, dari yang soleh sampai dengan yang kurang ajar dan rajin bolospun ada. Otomatis mereka memiliki cara sendiri-sendiri untuk menghibur diri dan mencari kesenangan. Ada diantara mereka yang memiliki hobi atau senang kalau dating ke pengajian, namun tidak sedikit pula mereka yang senang untuk clubbing. Tapi itu kan kesenangan yang ekstrim, ada juga kesenagan yang bisaa-bisaa,seperti main PES, main futsal, wisata kuliner di jogja alias nongkrong bareng, karokean, dan moviebox-an. Semua hal itu wajib dilakukan oleh mahasiswa FK untuk mengembalikan pikiran ke dalam posisi refresh, tapi kalau hobi yang negative seperti clubbing itu not recommended banget.

Apakah waktu 7 hari dalam seminggu itu hanya cukup untuk kuliah dan main saja? Tentu tidak. Beberapa mahasiswa masih bergelut dengan beberapa kegiatan tambahan, yaitu organisasi. The Founding Fathers Negara Republik Indonesia yang berasal dari mahasiswa kedokteran adalah mereka yang bergelut dalam organisasi. Mereka mengembangkan ilmu, mengembangkan keterampilan medik, dan akademis dalam perkuliahan, tapi mereka menimbulkan rasa kepekaan social, jiwa pengabdian masyarakat, membangun pemikiran kritis dan melawan terhadap ketidakadilan penjajah, serta membangun Indonesia itu melalui sebuah pergerakan atau organisasi bukan melalui perkuliahan. Saya rasa cukup dengan realita tersebut, seharusnya dapat menjelaskan mengapa masih ada mahasiswa kedokteran yang memenuhi kelembagaan dan tertarik keorganisasian. Sebenarnya memang harus ada sampai kapanpun, karena pemikiran kritis, kepekaan sosial, jiwa pengabdian masyarakat, dan toleransi akan terasah dalam kelembagaan kampus seperti ini.

Manajemen waktu yang baik mungkin merupakan salah satu faktor yang membuat mahasiswa kedokteran masih survive di kelembagaan. Mereka mampu membagi waktu, membagi skala prioritas, dan memilah segala kegiatan yang ditekuninya. Dan kemampuan manajemen waktu yang kurang baik mungkin juga merupakan salah satu faktor mengapa mahasiswa tidak tertarik terjun ke dalam kelembagaan. Sebenarnya waktu yang diberikan kepada kita semua sama, satu hari itu ada 24 jam, satu minggu itu ada 7 hari, tapi bagaimana kita mengolah waktu tersebutlah yang akan menghasilkan output yang berbeda nantinya. 

Saya sendiri sebenarnya hanya punya sedikit waktu dan terbatas untuk belajar dan mempersiapkan segala kegiatan akademik. Banyak hal yang membuat waktu saya terkikis habis, seperti kuliah, UKM sepakbola 2 kali seminggu, kegiatan LEM FK UII, kegiatan SMART club, futsal ceria angkatan 2011, kadiksuh club, Club tari FK UII, dan hal-hal lainnya. Jika cara belajar dan manajemen waktu saya buruk, mungkin saat ini IPK saya sudah berada dalam batas ‘garis yang mengkhawatirkan’. 

Cara belajar yang saya gunakan sangat sederhana, dan mungkin teman-teman punya cara belajar yang jauh lebih efektif dan baik daripada yang saya gunakan. Untuk memulai belajar persiapan tutorial pertama, pasti saya membaca skenario, kemudian mencari istilah sulit di Dorland. Setelah itu, membuat pertanyaan sendiri dari skenario tersebut, lalu mencari textbook yang sesuai dan mencari jawaban yang dapat menjawab pertanyaan yang dibuat tadi. Pada kesempatan belajar untuk tutorial pertama ini saya tidak akan belajar dan bikin catatan banyak, karena Learning Objective (LO) baru akan ditentukan esok hari ketika tutorial pertemuan pertama berlangsung. Saya tidak ingin menebak LO dan bikin catatan yang banyak, khawatir ternyata LO yang saya perkirakan salah alias tidak sesuai. Itu hal yang mubadzir dan menguras waktu. Jadi, untuk belajar tutorial pertemuan pertama, saya hanya fokus menjawab pertanyaan yang diperkirakan akan ditanyakan besok pada tutorial pertemuan pertama, simple saja. 

Setelah tutorial pertemuan pertama dan LO sudah diketahui barulah saya belajar dan membuat catatan sebanyak-banyaknya. Tentunya belajar dimulai dengan basmalah kemudian tidak usah bingung-bingung belajar mulai darimana. Belajar dimulai sesuai dari urutan mindmap yang telah dibuat. Kalau pada kesempatan belajar kedua ini bisa menyelesaikan seluruh LO, maka ketika persiapan pertemuan ketiga nanti hanya tinggal review dan menebak-nebak soal minikuis, tapi jika pada kesempatan belajar kedua belum bisa menyelesaikan semua LO, maka pada kesempatan belajar ketiga harus bekerja ekstra, karena selain harus mencari LO, kita masih harus mereview pertemuan tutorial yang kemarin-kemarin. Untuk minikuis, saya hanya mengandalkan kemampuan saya sendiri menggunakan insting menjawab soal-soal yang sulit, kalau benar itu kebetulan dan kalau salah itu yak arena memang sulit. Mungkin insting saya sudah terasah ketika saya SMP dan SMA sering menganalisis ratusan soal-soal biologi, pada waktu itu ikutserta dalam olimpiade, jadi mau tidak mau harus mengkonsumsi soal-soal yang bersifat logika dan analitik. 

Praktikum juga terkadang membuat mahasiswa kedokteran kewalahan dan menyita waktu. Di FK, sebelum praktikum mahasiswa akan dites. Tes ini dinamakan pre-test, jika pretest ini lulus, maka mahasiswa diperkenankan mengikuti praktikum, tapi jika tidak lulus pre-test maka tidak diizinkan untuk mengikuti praktikum pada hari itu, dan praktikum susulan menanti, nah inilah yang sangat menyita waktu. Belajar untuk praktikum, cukup sederhana, baca buku panduan praktikum karena sebagian besar soal diambil dari buku panduan praktikum. Kalaupun tidak dari buku panduan praktikum, soal yang keluar di pre-test itu berasal dari materi tutorial yang sudah kita pelajari.

Waktu yang pas untuk saya belajar itu malam hari, ba’da maghrib atau ba’da isya. Pada waktu ini saya membuat catatan, mencari bahan tutorial,dan LO serta mencoba memahami tulisan yang ada di textbook. Karena terkadang tulisan didalam textbook tidak cukup satu duakali baca untuk sampai mengerti, sehingga harus dilakukan berulang-ulang untuk mencoba memahami poin-poin pentingnya. Kemudian waktu yang pas selanjutnya adalah ketika habis subuh atau sebelum berangkat kuliah. Pada pagi hari itu saya pergunakan waktu untuk mereview catatan dan hasil belajar yang sudah saya lakukan semalam. Mungkin malam hari itu terasa penat dan tidak cukup kuat untuk memasukkan materi ke dalam otak, nah pagi hari adalah waktu yang tepat untuk mereview dan coba menjelaskan materi kepada teman-teman, sehingga bisa lebih paham dan lebih mengerti materi yang sudah dipelajari. 

Sebenarnya pembagian waktu antara kuliah, bermain, mengerjakan tugas, dan organisasi itu sederhana. Pembagian waktu saya menggunakan prinsip  ‘berani - tanggung jawab’. Saya berani untuk mengikuti kelembagaan, berani bermain, berani mengisi waktu dengan bermain bola, maka konsekuensinya sayapun harus berani mengambil risikonya, yaitu saya harus begadang semalam suntuk, dan mau tak mau semua tugas harus selesai bagaimanapun caranya, yang pasti saya kerjakan ekstra penuh kerja keras. Itu merupakan konsekuensi yang harus diterima dan dijalani. Waktu itu saya gunakan secara flexible, tidak mengikat, saya bisa mengkonversikan beberapa kegiatan pada waktu yang tidak seharusnya. Prinsipnya adalah tanggung jawab, bagaimanapun caranya tugas harus selesai dan kewajiban terpenuhi, karena belajar merupakan suatu kewajiban. Kalau saya tidak siap begadang, saya tidak siap kerja keras, maka semuanya akan terbengkalai begitu saja dan itu berarti saya harus menjauhi yang namanya organisasi atau kelembagaan. 

Kalau saya tidak berorganisasi dan tidak dipenuhi aktivitas yang padat otomatis waktu luang saya semakin banyak, waktu untuk mereview kuliah pakar dan tutorial juga semakin banyak. Tapi konsekuensinya saya akan kehilangan pengalaman berharga dan tidak akan mendapat kesempatan untuk menempa soft-skill saya. Semua kembali kepada diri kita sendiri. Hidup itu pilihan, sekarang tinggal kita pilih yang mana? Kuliah – pulang – main – kuliah? Kuliah – organisasi – Pulang –main – kuliah? Atau kuliah – kuliah – kuliah dan – kuliah? Manapun yang dipilih, segala sesuatunya memiliki konsekuensi yang berbeda dan akan menghasilkan output yang berbeda pula. Namun untuk saat ini saya masih nyaman dan merasa yakin pada ‘ kuliah – organisasi – pulang – main – kuliah’ dengan segala konsekuensinya yang akan saya terima.

Sabtu, 10 November 2012

Puasa + Sabar + Ikhlas = Ipad baruuu

Hari itu adalah H-1 hari raya umat muslim di seluruh dunia, yaitu hari idul adha. Selayaknya masyarakat muslim di Indonesia yang selalu mempersiapkan untuk pulang kampung ke bumi kelahirannya, saya juga ikut serta dalam salah satu peserta mudik idul adha 2012.

Saya pulang dari Jakarta ke Tasikmalaya. Jauh sebelum dari Jakarta saya berangkat sebenarnya dari Yogyakarta menggunakan kereta api senja utama solo ke Jakarta. Tujuan saya ke Jakarta adalah hanya untuk foto E-KTP. Kebetulan saya belum difoto E-KTP pada waktu itu, jadi saya foto susulan sekalian memanfaaatkan waktu liburan 4 hari alias long-weekend. Malam berangkat dari Jogja dan pagi sampai di Jakarta, kemudian siang harinya saya E-KTP. Kemudian setelah itu saya dan ibu saya bersiap untuk pulang ke Tasik menggunakan bus AKAP.

Seperti biasa, dari rumah saya naik angkot satu kali ke Ciputat, kemudian dilanjutkan dengan minibus koantas bima 510 menuju kampung rambutan. Lama perjalanan kurang lebih 1,5 jam karena ngetem dan macet selama perjalanan.

Sesampainya di terminal kampung rambutan dengan keadaan bus hampir berhenti saya melihat gelagat 2 orang mencurigakan seperti habis nyopet. Namun saya pikir itu hanya perasaan saya saja, tapi saya reflek berteriak kepada ibu saya untuk mngecek dompet di tasnya ketika sudah turun. Belum sempat mengecek dompet di tasnya lantas saya langsung mengejar kedua orang mencurigakan tadi ke kerumunan minibus-minibus yang sedang parkir. Berkat kelincahan mereka, saya kehilangan jejaknya dan mereka berhasil lolos. Setelah saya balik lagi menemui ibu saya, Ia mengatakan bahwa dompetnya benar telah dicopet.  Benar dugaan saya dan saat itu saya sangat menyesal kenapa saya berpikir terlalu baik waktu itu padahal dua orang itu sangat mencurigakan gerak geriknya.

Keadaan pada saat itu kami berdua, saya dan ibu saya dikelilingi banyak orang dan kami tidak kuasa untuk mencari dan mengejar pelaku. Ditambah kondisi saya dan ibu saya sedang menjalankan puasa Arafah, jadi agak lemas dan sudah tidak punya tenaga untuk mencari jauh mereka para begundal-begundal ahli seni copet. Meskipun isi dompetnya tidak seberapa hanya ada uang Rp 150.000 dan kartu ATM, KTP, dan STNK saja. Sebenarnya untuk masalah uang tidak masalah, KTP bisa langsung mengurus ke kecamatan, STNK ke dealer dan ATM sudah diblokir via telpon ditambah kecamatan dan dealernya dekat dengan rumah jadi tidak sulit untuk mengurus lagi.

Saya hanya bisa menenangkan ibu saya dan berusaha untuk meyakinkan bahwa ini cobaan dari Allah, dan pasti kalau memang rezeki kita dompet itu akan kembali dengan sendirinya tanpa kita sangka-sangka caranya. Apalagi hari itu kami sedang puasa, kami tidak ingin puasa kami sia-sia, kami berpikir bahwa itu benar-benar ujian dari Allah dan selalu berprasangka baik. Walaupun saya tetap pulang kampung ke Tasikmalaya, tapi kejadian itu masih terus teringat dan menjadikan hati tidak tenang.

Singkat cerita 1-2 minggu setelah kejadian, saya smsan dengan ibu saya. Saya di Yogyakarta dan ibu saya di Jakarta. Ibu saya tiba-tiba mengabarkan bahwa salah satu mahasiswanya yang sudah lulus memberi Ipad kepada ibu saya. Mahasiswa ibu saya yang sudah lulus itu sepertinya berasal dari kalangan berada, mungkin kelas karyawan yang sudah bekerja.
Seketika saya mendapat kabar seperti itu, jujur pikiran saya langsung teringat kepada kejadian di koantas bima tempo hari dimana ibu saya kecopetan dan hari itu adalah hari Puasa Arafah. Dompet yang tidak seberapa isinya digantikan dengan gadget canggih Ipad seharga 4-5 Jutaan.  Satu hal yang masih membuat saya banyak berharap adalah karena ibu saya bilang ke saya kalau beliau tidak tahu cara mengoperasikan Ipadnya bagaimana, semoga beliau cepat bosan dan memberikan Ipadnya ke saya hehe. Apalagi ibu saya tidak terlalu suka dan menguasai gadget-gadget seperti itu. Semoga harapan saya jadi kenyataan haha.

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puasa itu benar-benar membawa berkah, apalagi kita jalani dengan ikhlas dan sabar. Buah manis semanis-manis madu akan kita petik hasilnya.. Luar biasa Allah menunjukan kuasa-Nya. Sesungguhnya Allah mengetahui sedangkan kamu sekalian tidak mengetahui…Maka bersyukurlah atas segala sesuatu yang didapat karena kita tidak tahu sesungguhnya yang terjadi dibalik semua itu. Allah pasti memiliki rencana yang terbaik untuk hamba-Nya yang soleh. Amiinnn